Minggu, 26 Agustus 2018

Seberat Apa Ujianmu


SEBERAT APA UJIANMU 




 Malam itu tepatnya hari kamis, namun aku lupa tanggalnya. Saat itu aku sedang menghadiri sebuah kajian salah seorang ustadz dari kota Malang yang dinilai baik dan menarik cara penyampaiannya. Ustadz Azzar Reza namanya, beliau juga sering mengisi kajian di masjid kampusku yaitu masjid Al- Mi’roj Poltekkes Malang. Malam itu ustadz Azzar Reza mebawakan sebuah kisah yang begitu memilukan sekaligus memberikan kami para jamaah pelajaran, beliau mengatakan bahwa kisah ini adalah kisah nyata yang dialami seseorang.  Seorang lelaki yang kehilangan 4 anggota keluarganya dalam waktu satu hari. Bukan karena bencana alam atau pembunuhan. Namun sebuah peristiwa yang terkesan seperti sudah ada skernario didalamnya.
            Berawal dari sebuah ruang tamu seorang lelaki yang sudah kusebutkan diatas. Dia bersama kedua anaknya yang bisa dibilang masih anak-anak dan umur keduannya tidak jauh beda. Disamping itu istrinya berada didapur bersama satu bayi kecil dipangkuan sedang memasak air untuk mandi bayi kecilnya. Lelaki itu kedatangan seorang tamu dan dia mempersilakannya masuk untuk duduk di ruang tamu itu. Menyembelih hewan ternak yang dimiliki adalah sebuah kebiasaan didaerah lelaki tersebut ketika kedatangan seorang tamu. Hingga lelaki itu membawa kedua anaknya kebelakang rumah untuk menyembelih kambing ternaknya. Ketika dia menyembelih kambing peliharaannya otomatis kedua anak yang masih kecil itu melihat peristiwa penyembelihan.
            Selesainya menyembelih kambing tersebut lelaki itu kembali menuju ruang tamu tadi untuk menjamu kembali tamunya. Masalah dimulai dari sini, lelaki itu lupa untuk menyimpan kembali pisau yang dia gunakan untuk menyembelih kambing tapi hanya meletakkan di tempat kambing itu tergeletak. Sang anak yang begitu polos setelah melihat kejadian penyembelihan itu berkata kepada adiknya “ Dek, ayo coba yang kayak ayah tadi ”. Sang adik pun menuruti kemauan sang kakak, hingga akhirnya sang kakak menyembelih adiknya. Sang kakak pun bingung dan menjerit ketakutan ketika melihat adiknya meninggal karena disembelih . Dia pun berlari keluar rumah, tak disangka tepat ketika dia keluar rumah karena ketakutan dan saat yang bersamaan datanglah seorang pasukan berkuda lewat depan rumahnya menabrak anak itu hingga meninggal. Ketika itu sang istri sedang memandikan anak bayinya didalam sebuah bak. Mendengar suara jeritan anak pertamanya tadi, dia spontan meninggalkan anak bayinya didalam bak hingga tenggelam. Sang istri berlari untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, dia pun mendapati anak pertamanya telah meninggal didepan rumah dan kemudian menuju belangkang rumahnya mendapati anak kedua juga meninggal dengan berlumuran darah. Badan langsung terasa lemas melihat kondisi itu, dia kembali menuju kamar mandi tempat si bayi tadi dimandikan. Alhasil dia juga mendapati anak bayinya meninggal dalam kondisi tenggelam. Sang istri tidak kuat merasakan semua kejadian itu, hingga penyakit jantungnya pun menyerang dengan berujung pada kematian.
            Bayangkan, bagaimana perasaan lelaki itu sebagai seorang suami dan ayah yang kehilangan ke empat anggota keluarganya dalam satu hari, sedangkan dia juga tidak pernah menyangka bahwa kejadian-kejadian tadi bisa menimpa keluarganya. Itulah yang namanya takdir, jika Allah telah menetapkan tidak ada yang bisa merubahnya dan kita hanya mampu berdoa. Setiap orang memiliki ujian yang berbeda, kita mungkin sering mengeluh dengan ujian yang mungkin tidak seberat ujian yang dimiliki lelaki itu. Ujian  memang ada tingkatannya, setiap kita akan mendapatkan ujian sesuai dengan kadar kemampuan kita masing-masing. Tak lepas dari lelaki itu, dia menerima ujian seperti itu karena memang hanya dia yang mampu menerimanya. Yakinlah bahwa ujian  itu tidak akan melebihi kemampuan seorang hamba, dan ingatlah selalu bahwa Allah tak akan pernah meninggalkanmu dalam setiap usahamu. Semoga yang sedikit ini bisa memberikan manfaat kepada kita untuk selalu bersyukur atas setiap ujian  yang ada.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar